Seputih cinta ini
Ingin kulukiskan di dasar hatiku
Kesetiaan janjiku
Untuk pertahankan kasihku padamu
Bukalah mata hati
Ku masih cumbui bayang dirimu di dalam mimpi
Yang mungkin takkan pernah
Membawamu di genggammu
Dirimu di hatiku
Tak lekang oleh waktu
Meski kau bukan milikku
Intan permata yang tak pudar
Tetap bersinar
Mengusik kesepian jiwaku
Ku coba memahami
Bimbangnya nurani
Tuk pastikan semua
Tak akan kuingkari
Terlalu banyak cinta yang mengisi datang dan pergi
Namun tak pernah bisa
Lenyapkanmu di benakku
hmm.,
ini buat kmuhh..
segitiga!
"dirimu dihatiku tak lekang oleh waktu"
Jumat, 30 Januari 2009
Kamis, 22 Januari 2009
Israel kejaaamm!!
hmm..
akku gkk ngerti apa" siiy tentang alasan kenapa israel meluncurkan serangan ke gaza atau permasalahan'a..
tapi akku bener prihatin!
apalagi sam anak"a!
Uuuhhh,,,
akku cuma bisa berdo'a buat mereka semua..
dan..
alhamdulillah..
tadi sekolahku mengadakan shalat gaib di Mesjid Agung Tasikmalaya..
Ya Allah..
semoga semua ini cepat berakhir..
Amien..
akku gkk ngerti apa" siiy tentang alasan kenapa israel meluncurkan serangan ke gaza atau permasalahan'a..
tapi akku bener prihatin!
apalagi sam anak"a!
Uuuhhh,,,
akku cuma bisa berdo'a buat mereka semua..
dan..
alhamdulillah..
tadi sekolahku mengadakan shalat gaib di Mesjid Agung Tasikmalaya..
Ya Allah..
semoga semua ini cepat berakhir..
Amien..
kenapa sich?!
tarif BBm kant udda turun dari tanggal 15 Januari 2009 kemaren.,
kenapa tarif angkot gkk turun" ea??
malahan.,
kemaren ada ibu" yang membayar dengan harga normal (harga sebelum BBM naek)!
jadi sangene dunk!
ea udda..
aku ge nuruttan!
Hhhee..
Penurunan Tarif Angkutan Umum Tidak Merata
Tarif angkutan umum mulai turun menyusul turunnya harga bahan bakar minyak (BBM). Meski demikian, tarif angkutan umum yang dikoordinasi oleh pihak swasta menyesuaikan penetapan tarif dengan kondisi masing-masing daerah. Sementara pengguna angkutan umum lainnya dapat menerapkan penurunan tarif meski tidak sebesar 10 persen.
Salah satu pihak swasta yang tidak menerapkan penurunan tarif adalah bus penumpang menuju bandar udara. Pasalnya, pengelola menetapkan tarif dengan patokan harga bahan bakar minyak Rp 4.300 per liter. Sedangkan pihak swasta daerah mengeluhkan punguatan liar yang makin marak. Ini juga kerap dijadikan alasan pengusaha angkutan enggan menurunkan tarif.
Pemerintah melalui Menteri Perhubungan sebelumnya telah menginstruksikan agar pengusaha transportasi juga menyesuaikan tarif menyusul turunnya harga BBM. Pada pekan lalu, pengusaha angkutan umum juga berjanji akan menurunkan tarif jika sudah mengadakan pertemuan.
kenapa tarif angkot gkk turun" ea??
malahan.,
kemaren ada ibu" yang membayar dengan harga normal (harga sebelum BBM naek)!
jadi sangene dunk!
ea udda..
aku ge nuruttan!
Hhhee..
Penurunan Tarif Angkutan Umum Tidak Merata
Tarif angkutan umum mulai turun menyusul turunnya harga bahan bakar minyak (BBM). Meski demikian, tarif angkutan umum yang dikoordinasi oleh pihak swasta menyesuaikan penetapan tarif dengan kondisi masing-masing daerah. Sementara pengguna angkutan umum lainnya dapat menerapkan penurunan tarif meski tidak sebesar 10 persen.
Salah satu pihak swasta yang tidak menerapkan penurunan tarif adalah bus penumpang menuju bandar udara. Pasalnya, pengelola menetapkan tarif dengan patokan harga bahan bakar minyak Rp 4.300 per liter. Sedangkan pihak swasta daerah mengeluhkan punguatan liar yang makin marak. Ini juga kerap dijadikan alasan pengusaha angkutan enggan menurunkan tarif.
Pemerintah melalui Menteri Perhubungan sebelumnya telah menginstruksikan agar pengusaha transportasi juga menyesuaikan tarif menyusul turunnya harga BBM. Pada pekan lalu, pengusaha angkutan umum juga berjanji akan menurunkan tarif jika sudah mengadakan pertemuan.
Mulai 2009, SDN dan SMPN Gratis
Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama negeri di seluruh Indonesia mulai 2009 akan digratiskan.
Menurut Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo, kebijakan ini ditempuh karena pemerintah sudah menaikkan dana Bantuan Operasional Sekolah lebih dari 50 persen dibanding tahun sebelumnya.
Namun Mendiknas tak menjelaskan secara rinci kapan kebijakan ini akan diberlakukuan. Pihak sekolah pun belum semuanya menerima pemberitahuan. Dan yang jelas, dana BOS 2009 belum turun. "Belum saya terima. Sudah diberitahu katanya mulai 2009 dana-dana itu diberikan per bulan," kata Kepala Sekolah SDN Benhil 12 Jakarta, Murliati.
Bagi orangtua siswa, sekolah gratis tentu menjadi berkah. Apalagi di saat kebutuhan hidup sekarang yang makin mahal. Pada 2009 ini, pemerintah menaikkan dana BOS untuk siswa SD di kabupaten menjadi Rp 397 ribu per anak dan SD di kota Rp 400.000 per anak. Sedangkan untuk siswa SMP di kabupaten sebesar Rp 575 ribu per anak, dan SMP di kota Rp 570 ribu per anak.
hmm.,
perasaan dari kemaren"..
tasik udda duluan gratis dech!!?
tapi ini 'the real of GRATISSS' kalee ea??
tanpa uang LKS dan Buku" laen'a!
amien..
mudah"an anak" yang tadiA gkk bisa sekola.,
sekarang jadi bisa.,
(yaiiaallaaa!)
*doenk*
Menurut Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo, kebijakan ini ditempuh karena pemerintah sudah menaikkan dana Bantuan Operasional Sekolah lebih dari 50 persen dibanding tahun sebelumnya.
Namun Mendiknas tak menjelaskan secara rinci kapan kebijakan ini akan diberlakukuan. Pihak sekolah pun belum semuanya menerima pemberitahuan. Dan yang jelas, dana BOS 2009 belum turun. "Belum saya terima. Sudah diberitahu katanya mulai 2009 dana-dana itu diberikan per bulan," kata Kepala Sekolah SDN Benhil 12 Jakarta, Murliati.
Bagi orangtua siswa, sekolah gratis tentu menjadi berkah. Apalagi di saat kebutuhan hidup sekarang yang makin mahal. Pada 2009 ini, pemerintah menaikkan dana BOS untuk siswa SD di kabupaten menjadi Rp 397 ribu per anak dan SD di kota Rp 400.000 per anak. Sedangkan untuk siswa SMP di kabupaten sebesar Rp 575 ribu per anak, dan SMP di kota Rp 570 ribu per anak.
hmm.,
perasaan dari kemaren"..
tasik udda duluan gratis dech!!?
tapi ini 'the real of GRATISSS' kalee ea??
tanpa uang LKS dan Buku" laen'a!
amien..
mudah"an anak" yang tadiA gkk bisa sekola.,
sekarang jadi bisa.,
(yaiiaallaaa!)
*doenk*
Citizen Journalism
Fenomena Citizen Journalism dan Peran Blogger Indonesia bagi Jurnalistik Internet
Benar sekali apa yang dikatakan oleh Steve Outing dalam tulisannya "The 11 Layers of Citizen Journalism", istilah citizen journalism saat ini menjadi One of the Hottest Buzzword dalam dunia jurnalistik.
Rasanya ketinggalan jaman kalau sampai ketinggalan kata-kata ini. Citizen journalism diucapkan oleh siapapun yang mengamati perkembangan media, baik mereka yang berada di lingkaran dalam media seperti para praktisi, kru dan pemilik media, maupun mereka yang berada di luar media, seperti para pengamat media. Kurang gaul, rasanya, kalau sampai ketinggalan isu ini.
Bagi yang sudah lama mencermati dinamika dunia jurnalistik dari esensinya yang paling dalam, citizen journalism sebenarnya cuma masalah beda-beda istilah.
Spiritnya tetap sama dengan public journalism atau civic journalism yang terkenal pada tahun 80-an. Yaitu, perkara bagaimana menjadikan jurnalisme bukan lagi sebuah ranah yang semata-mata dikuasai oleh para jurnalis.
Dikuasai dalam arti diproduksi, dikelola, dan disebarluaskan oleh institusi media, atas nama bisnis ataupun kepentingan politis.
Lantas, apa bedanya fenomena public journalism dengan rame-rame soal citizen journalism sekarang ini? Ada. Perbedaannya, menurut saya, terletak pada kemajuan teknologi media sehingga semangat partisipatoris yang melibatkan publik dalam mendefinisikan isu semakin terakomodasi.
Selain itu, kemajuan teknologi media membuat akses publik untuk memasuki ranah jurnalistik semakin terbuka. Semangatnya, sekali lagi, tetap sama. Yaitu, mendekatkan jurnalisme pada publiknya. Bedanya, open source di masa sekarang semakin niscaya saja, ketika teknologi media kian berkembang.
Definisi Citizen Journalism
Pada dasarnya, tidak ada yang berubah dari kegiatan jurnalisme yang didefinisikan seputar aktivitas mengumpulkan, mengolah, dan menyebarluaskan berita. Citizen journalism pada dasarnya melibatkan kegiatan seperti itu.
Hanya saja, kalau dalam pemaknaan jurnalisme konvensional (tiba-tiba saja menjadi jurnalisme old school setelah citizen journalism muncul), yang melakukan aktivitas tersebut adalah wartawan, kini publik juga bisa ikut serta melakukan hal-hal yang biasa dilakukan wartawan di lembaga media. Karena itu, Shayne Bowman dan Chris Willis lantas mendefinisikan citizen journalism sebagai ‘…the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information”.
Ada beberapa istilah yang dikaitkan dengan konsep citizen journalism. Public journalism, advocacy journalism, participatory journalism, participatory media, open source reporting, distributed journalism, citizens media, advocacy journalism, grassroot journalism, sampai we-media.
Civic journalism, menurut Wikipedia, bukan citizen journalism karena dilakukan oleh wartawan walau pun semangatnya tetap senada dengan public journalism, yaitu (lebih) mengabdi pada publik dengan mengangkat isu-isu publik.
Citizen journalism adalah bentuk spesifik dari citizen media dengan content yang berasal dari publik. Di Indonesia, istilah yang dimunculkan untuk citizen journalism adalah jurnalisme partisipatoris atau jurnalisme warga.
J.D. Lasica, dalam Online Journalism Review (2003), mengategorikan media citizen journalism ke dalam 5 tipe :
Audience participation (seperti komenter user yang diattach pada kisah-kisah berita, blog-blog pribadi, foto, atau video footage yang diambil dari handycam pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh anggota komunitas).
Situs web berita atau informasi independen (Consumer Reports, Drudge Report).
Situs berita partisipatoris murni (OhmyNews).
Situs media kolaboratif (Slashdot, Kuro5hin).
Bentuk lain dari media ‘tipis’ (mailing list, newsletter e-mail).
Situs penyiaran pribadi (situs penyiaran video, seperti KenRadio).
Ada dua hal setidaknya yang memunculkan corak citizen journalism seperti sekarang ini.
Pertama, komitmen pada suara-suara publik.
Kedua, kemajuan teknologi yang mengubah lansekap modus komunikasi.
Public journalism acap dikaitkan dengan konsep advocacy journalism karena beberapa media bergerak lebih jauh tidak saja dengan mengangkat isu, tetapi juga mengadvokasikan isu hingga menjadi sebuah "produk" atau "aksi" — mengegolkan undang-undang, menambah taman-taman kota, membuka kelas-kelas untuk kelompok minoritas, membentuk government watch, mendirikan komisi pengawas kampanye calon walikota, dan lain-lain.
Public atau citizen journalism juga dikaitkan dengan hyperlocalism karena komitmennya yang sangat luarbiasa pada isu-isu lokal, yang "kecil-kecil" (untuk ukuran media mainstream), sehingga luput dari liputan media mainstream.
Public journalism dengan model seperti ini mendasarkan sebagian besar inisiatif dari lembaga media. Kemajuan teknologi dan ketidakterbatasan yang ditawarkan oleh Internet membuat inisiatif semacam itu dapat dimunculkan dari konsumen atau khalayak.
Implikasinya cukup banyak, tidak sekadar mempertajam aspek partisipatoris dan isu yang diangkat.
Isu dan Implikasi Citizen journalism
Saya termasuk yang meyakini bahwa kemajuan teknologi (komunikasi) mengubah landscape atau ruang-ruang sosial kita.
Perkembangan citizen journalism belakangan ini menakjubkan buat saya—yang dibesarkan dalam tradisi Old School Journalism karena mengundang sejumlah implikasi yang tidak kecil.
Beberapa di antaranya, yang teramati oleh saya, adalah sebagai berikut:
Open source reporting: perubahan modus pengumpulan berita. Wartawan tidak menjadi satu-satunya pengumpul informasi. Tetapi, wartawan dalam konteks tertentu juga harus ‘bersaing’ dengan khalayak, yang menyediakan firsthand reporting dari lapangan.
Perubahan modus pengelolaan berita. Tidak hanya mengandalkan open source reporting, media kini tidak lagi menjadi satu-satunya pengelola berita, tetapi juga harus bersaing dengan situs-situs pribadi yang didirikan oleh warga demi kepentingan publik sebagai pelaku citizen journalism.
Mengaburnya batas produsen dan konsumen berita. Media yang lazimnya memosisikan diri sebagai produsen berita, kini juga menjadi konsumen berita dengan mengutip berita-berita dari situs-situs warga. Demikian pula sebaliknya. Khalayak yang lazimnya diposisikan sebagai konsumen berita, dalam lingkup citizen journalism menjadi produsen berita yang content-nya diakses pula oleh media-media mainstream. Oh my God, duniaaa….
Poin 1-2-3 memperlihatkan khalayak sebagai partisipan aktif dalam memproduksi, mengkreasi, mau pun mendiseminasi berita dan informasi. Pada gilirannya faktor ini memunculkan ‘a new balance of power’—distribusi kekuasaan yang baru. Ancaman power yang baru (kalau mau disebut sebagai ancaman) bagi institusi pers bukan berasal dari pemerintah dan ideologi, atau sesama kompetitor, tetapi dari khalayak atau konsumen yang biasanya mereka layani!
Isu profesionalisme: apakah setiap pelaku citizen journalism bisa disebut wartawan? Kenyataannya, citizen journalism mengangkat slogan everybody could be a journalist! Apakah blogger bisa disebut sebagai the real journalist?
Isu etika: apakah setiap pelaku citizen journalism perlu mematuhi standar-standar jurnalisme yang berlaku di kalangan wartawan selama ini sehingga produknya bisa disebut sebagai karya jurnalistik? Kita bicara soal kaidah jurnalistik yang selama ini diajarkan pada para wartawan—mungkinkah kaidah itu masih berlaku? Lazimnya, yang acap disentuh dalam wacana kaidah jurnalistik adalah soal objektivitas pemberitaan, dan kredibilitas wartawan/media.
Isu regulasi: perlukah adanya regulasi bagi pelaku citizen journalism? Kaitannya dengan etika, profesionalisme, komersialiasi, dan mutu content.
Isu ekonomi: munculnya situs-situs pelaku citizen journalism yang ramai dikunjungi menimbulkan konsekuensi ekonomi, yaitu pemasang iklan, yang jumlahnya tidak sedikit. Pers, menurut Jay Rosen pada dasarnya adalah media franchise atau public service franchise in journalism.
Kalau citizen media kini muncul dan juga bermain dalam ranah komersial, ini hanya merupakan konsekuensi ‘the enlarging of media franchise’. Isu ekonomi juga mengundang perdebatan lain. Kalau tadinya para kontributor citizen journalism memasukkan beritanya secara sukarela, kini mulai muncul perbincangan bagaimana seharusnya membayar mereka.
Ada bayaran, tentu ada standar yang harus dipatuhi sesuai bayarannya. Akhirnya, ini mengundang masuknya isu profesionalisme—sesuatu yang dalam konteks tertentu akhirnya malah ‘berlawanan’ dengan semangat citizen journalism.
Bagaimana nasib the old school journalism di masa depan dengan munculnya citizen journalism? Apakah tradisi old school journalism akan tetap bertahan di masa depan?
Itulah beberapa isu yang akan selalu diangkat dan didiskusikan dalam seminar mana pun yang berbicara ihwal citizen journalism.
Citizen Journalism di Indonesia
Saya mulai mengamati fenomena public journalism di pertengahan 1990-an. Satu hal yang menggelitik saya adalah apakah konsep development journalism atau jurnalisme pembangunan yang diajarkan dalam kurikulum studi jurnalistik tahun 1980-1995an (saya adalah salah satu produknya!) merupakan wujud public journalism? Saya putuskan, TIDAK.
Pertama, aspek partisipatorinya tidak nyata. Isu tetap diputuskan oleh media yang bersangkutan (acap atas ‘restu’ Departemen Penerangan)—walau slogan pembangunan, di manapun, selalu menyatakan mengabdikan diri pada kepentingan publik.
Kedua, ideologi jurnalisme pembangunan pada dasarnya adalah ideologi komunikasi pembangunan yang sudah bangkrut di tahun 80-an (dibangkrutkan oleh para penggagasnya sendiri seperti Everett M. Rogers), karena dianggap terlalu ideologis, utopis, dan totaliter.
Saya tertarik mengamati geliat citizen journalism di Indonesia lewat diskusi dengan teman-teman aktivis soal open source reporting yang tampaknya senada betul dengan tulisan-tulisan Pepih Nugraha di harian Kompas, yang mengangkat hal-ihwal participatory journalism.
Saya mengikuti Indonesiasatu.net yang memproklamirkan diri sebagai jurnalisme warga. Undangannya untuk menjenguk situs ini meyakinkan, tampilannya tergarap dengan baik (walau updatingnya lambat), ada profil warga teladan, tapi jujur saja saya kecewa karena tidak menemukan sesuatu yang berbeda dengan harian lain.
Ini seperti membaca berita lokal dari koran lokal yang bisa diakses lewat online media lokal, tanpa situs ini perlu memproklamirkan diri sebagai (sosok) pengusung jurnalisme warga.
Hyperlocalism yang saya bayangkan bukan seperti ini. Begitu banyak berita gado-gado tanpa struktur gagasan yang jelas, tanpa memperlihatkan pada pengunjung situsnya ini sebenarnya mau dibawa ke mana.
Ini murni open source reporting, tapi saya bertanya-tanya, apa ini wujud citizen journalism (alih-alih citizen reporting)?
Pesta Blogger Indonesia semakin menguatkan seruan citizen journalism. Menjamurnya blog di mana-mana memang fenomena luarbiasa - 13.000 blog didirikan setiap hari!.
Tapi, ketika mengunjungi beberapa blog yang katanya banyak di-hit, saya hanya mendapatkan curhat-curhat personal tanpa melihat apa pentingnya ini bagi publik? (Walau, jujur saja, saya menikmati curhat personal itu).
Atau, isu publik macam apa yang mestinya bisa dimaknai dari curhat personal tersebut? Saya beranggapan, blog memang membuka kemungkinan open source reporting, menjamurnya blog dan blogger adalah kondisi yang kondusif untuk memunculkan citizen journalism, tapi sekadar ngeblog saja tidak cukup untuk diberi predikat sudah ber-citizen journalism.
Citizen Journalism, dengan kata lain, is not that easy!
Dari beberapa fenomena tadi, saya belajar banyak hal. Salah satunya adalah soal isu. Saya belajar dari situ bahwa untuk masuk dalam dunia citizen journalism, tampaknya yang mesti dibawa bukan sekadar kemampuan standar pelaporan dan penyusunan berita ala 5W + 1 H.
Tapi juga persoalan bagaimana menjadikan isu ‘the public becomes personal, the personal becomes public’. Tanpa itu, saya pikir, publik cuma mendapatkan sederetan informasi tanpa makna.
Sebuah situs citizen journalism menjadi milik citizen, milik publik, kalau banyak pengunjungnya. Maka, pengelola citizen journalism harus mampu memelihara kandungan situsnya, dan mengundang partisipasi publik, untuk membuka diskusi dalam frame yang jelas (soal mutu, bolehlah diperdebatkan).
Tanpa semua ini, situs sebagus apapun, dan sebombastis apapun slogan jurnalismenya, hanya menjadi situs yang sunyi—diisi, ditonton, dikeploki oleh pengelolanya sendiri. Sayang, karena resources yang begitu potensial, jadi tersia-sia.
Bagaimanapun, saya gembira dengan fenomena baru dan tantangan serius yang dimunculkan oleh citizen journalism.
Saya kira efeknya akan baik buat keduanya, baik bagi publik maupun bagi media mainstream. Sebagaimana sistem pers kuat dibingkai dan dipengaruhi oleh local culture, saya juga percaya, wujud citizen journalism sendiri pada akhirnya akan bervariasi sesuai dengan local culture komunitas yang mengusungnya.
Benar sekali apa yang dikatakan oleh Steve Outing dalam tulisannya "The 11 Layers of Citizen Journalism", istilah citizen journalism saat ini menjadi One of the Hottest Buzzword dalam dunia jurnalistik.
Rasanya ketinggalan jaman kalau sampai ketinggalan kata-kata ini. Citizen journalism diucapkan oleh siapapun yang mengamati perkembangan media, baik mereka yang berada di lingkaran dalam media seperti para praktisi, kru dan pemilik media, maupun mereka yang berada di luar media, seperti para pengamat media. Kurang gaul, rasanya, kalau sampai ketinggalan isu ini.
Bagi yang sudah lama mencermati dinamika dunia jurnalistik dari esensinya yang paling dalam, citizen journalism sebenarnya cuma masalah beda-beda istilah.
Spiritnya tetap sama dengan public journalism atau civic journalism yang terkenal pada tahun 80-an. Yaitu, perkara bagaimana menjadikan jurnalisme bukan lagi sebuah ranah yang semata-mata dikuasai oleh para jurnalis.
Dikuasai dalam arti diproduksi, dikelola, dan disebarluaskan oleh institusi media, atas nama bisnis ataupun kepentingan politis.
Lantas, apa bedanya fenomena public journalism dengan rame-rame soal citizen journalism sekarang ini? Ada. Perbedaannya, menurut saya, terletak pada kemajuan teknologi media sehingga semangat partisipatoris yang melibatkan publik dalam mendefinisikan isu semakin terakomodasi.
Selain itu, kemajuan teknologi media membuat akses publik untuk memasuki ranah jurnalistik semakin terbuka. Semangatnya, sekali lagi, tetap sama. Yaitu, mendekatkan jurnalisme pada publiknya. Bedanya, open source di masa sekarang semakin niscaya saja, ketika teknologi media kian berkembang.
Definisi Citizen Journalism
Pada dasarnya, tidak ada yang berubah dari kegiatan jurnalisme yang didefinisikan seputar aktivitas mengumpulkan, mengolah, dan menyebarluaskan berita. Citizen journalism pada dasarnya melibatkan kegiatan seperti itu.
Hanya saja, kalau dalam pemaknaan jurnalisme konvensional (tiba-tiba saja menjadi jurnalisme old school setelah citizen journalism muncul), yang melakukan aktivitas tersebut adalah wartawan, kini publik juga bisa ikut serta melakukan hal-hal yang biasa dilakukan wartawan di lembaga media. Karena itu, Shayne Bowman dan Chris Willis lantas mendefinisikan citizen journalism sebagai ‘…the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information”.
Ada beberapa istilah yang dikaitkan dengan konsep citizen journalism. Public journalism, advocacy journalism, participatory journalism, participatory media, open source reporting, distributed journalism, citizens media, advocacy journalism, grassroot journalism, sampai we-media.
Civic journalism, menurut Wikipedia, bukan citizen journalism karena dilakukan oleh wartawan walau pun semangatnya tetap senada dengan public journalism, yaitu (lebih) mengabdi pada publik dengan mengangkat isu-isu publik.
Citizen journalism adalah bentuk spesifik dari citizen media dengan content yang berasal dari publik. Di Indonesia, istilah yang dimunculkan untuk citizen journalism adalah jurnalisme partisipatoris atau jurnalisme warga.
J.D. Lasica, dalam Online Journalism Review (2003), mengategorikan media citizen journalism ke dalam 5 tipe :
Audience participation (seperti komenter user yang diattach pada kisah-kisah berita, blog-blog pribadi, foto, atau video footage yang diambil dari handycam pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh anggota komunitas).
Situs web berita atau informasi independen (Consumer Reports, Drudge Report).
Situs berita partisipatoris murni (OhmyNews).
Situs media kolaboratif (Slashdot, Kuro5hin).
Bentuk lain dari media ‘tipis’ (mailing list, newsletter e-mail).
Situs penyiaran pribadi (situs penyiaran video, seperti KenRadio).
Ada dua hal setidaknya yang memunculkan corak citizen journalism seperti sekarang ini.
Pertama, komitmen pada suara-suara publik.
Kedua, kemajuan teknologi yang mengubah lansekap modus komunikasi.
Public journalism acap dikaitkan dengan konsep advocacy journalism karena beberapa media bergerak lebih jauh tidak saja dengan mengangkat isu, tetapi juga mengadvokasikan isu hingga menjadi sebuah "produk" atau "aksi" — mengegolkan undang-undang, menambah taman-taman kota, membuka kelas-kelas untuk kelompok minoritas, membentuk government watch, mendirikan komisi pengawas kampanye calon walikota, dan lain-lain.
Public atau citizen journalism juga dikaitkan dengan hyperlocalism karena komitmennya yang sangat luarbiasa pada isu-isu lokal, yang "kecil-kecil" (untuk ukuran media mainstream), sehingga luput dari liputan media mainstream.
Public journalism dengan model seperti ini mendasarkan sebagian besar inisiatif dari lembaga media. Kemajuan teknologi dan ketidakterbatasan yang ditawarkan oleh Internet membuat inisiatif semacam itu dapat dimunculkan dari konsumen atau khalayak.
Implikasinya cukup banyak, tidak sekadar mempertajam aspek partisipatoris dan isu yang diangkat.
Isu dan Implikasi Citizen journalism
Saya termasuk yang meyakini bahwa kemajuan teknologi (komunikasi) mengubah landscape atau ruang-ruang sosial kita.
Perkembangan citizen journalism belakangan ini menakjubkan buat saya—yang dibesarkan dalam tradisi Old School Journalism karena mengundang sejumlah implikasi yang tidak kecil.
Beberapa di antaranya, yang teramati oleh saya, adalah sebagai berikut:
Open source reporting: perubahan modus pengumpulan berita. Wartawan tidak menjadi satu-satunya pengumpul informasi. Tetapi, wartawan dalam konteks tertentu juga harus ‘bersaing’ dengan khalayak, yang menyediakan firsthand reporting dari lapangan.
Perubahan modus pengelolaan berita. Tidak hanya mengandalkan open source reporting, media kini tidak lagi menjadi satu-satunya pengelola berita, tetapi juga harus bersaing dengan situs-situs pribadi yang didirikan oleh warga demi kepentingan publik sebagai pelaku citizen journalism.
Mengaburnya batas produsen dan konsumen berita. Media yang lazimnya memosisikan diri sebagai produsen berita, kini juga menjadi konsumen berita dengan mengutip berita-berita dari situs-situs warga. Demikian pula sebaliknya. Khalayak yang lazimnya diposisikan sebagai konsumen berita, dalam lingkup citizen journalism menjadi produsen berita yang content-nya diakses pula oleh media-media mainstream. Oh my God, duniaaa….
Poin 1-2-3 memperlihatkan khalayak sebagai partisipan aktif dalam memproduksi, mengkreasi, mau pun mendiseminasi berita dan informasi. Pada gilirannya faktor ini memunculkan ‘a new balance of power’—distribusi kekuasaan yang baru. Ancaman power yang baru (kalau mau disebut sebagai ancaman) bagi institusi pers bukan berasal dari pemerintah dan ideologi, atau sesama kompetitor, tetapi dari khalayak atau konsumen yang biasanya mereka layani!
Isu profesionalisme: apakah setiap pelaku citizen journalism bisa disebut wartawan? Kenyataannya, citizen journalism mengangkat slogan everybody could be a journalist! Apakah blogger bisa disebut sebagai the real journalist?
Isu etika: apakah setiap pelaku citizen journalism perlu mematuhi standar-standar jurnalisme yang berlaku di kalangan wartawan selama ini sehingga produknya bisa disebut sebagai karya jurnalistik? Kita bicara soal kaidah jurnalistik yang selama ini diajarkan pada para wartawan—mungkinkah kaidah itu masih berlaku? Lazimnya, yang acap disentuh dalam wacana kaidah jurnalistik adalah soal objektivitas pemberitaan, dan kredibilitas wartawan/media.
Isu regulasi: perlukah adanya regulasi bagi pelaku citizen journalism? Kaitannya dengan etika, profesionalisme, komersialiasi, dan mutu content.
Isu ekonomi: munculnya situs-situs pelaku citizen journalism yang ramai dikunjungi menimbulkan konsekuensi ekonomi, yaitu pemasang iklan, yang jumlahnya tidak sedikit. Pers, menurut Jay Rosen pada dasarnya adalah media franchise atau public service franchise in journalism.
Kalau citizen media kini muncul dan juga bermain dalam ranah komersial, ini hanya merupakan konsekuensi ‘the enlarging of media franchise’. Isu ekonomi juga mengundang perdebatan lain. Kalau tadinya para kontributor citizen journalism memasukkan beritanya secara sukarela, kini mulai muncul perbincangan bagaimana seharusnya membayar mereka.
Ada bayaran, tentu ada standar yang harus dipatuhi sesuai bayarannya. Akhirnya, ini mengundang masuknya isu profesionalisme—sesuatu yang dalam konteks tertentu akhirnya malah ‘berlawanan’ dengan semangat citizen journalism.
Bagaimana nasib the old school journalism di masa depan dengan munculnya citizen journalism? Apakah tradisi old school journalism akan tetap bertahan di masa depan?
Itulah beberapa isu yang akan selalu diangkat dan didiskusikan dalam seminar mana pun yang berbicara ihwal citizen journalism.
Citizen Journalism di Indonesia
Saya mulai mengamati fenomena public journalism di pertengahan 1990-an. Satu hal yang menggelitik saya adalah apakah konsep development journalism atau jurnalisme pembangunan yang diajarkan dalam kurikulum studi jurnalistik tahun 1980-1995an (saya adalah salah satu produknya!) merupakan wujud public journalism? Saya putuskan, TIDAK.
Pertama, aspek partisipatorinya tidak nyata. Isu tetap diputuskan oleh media yang bersangkutan (acap atas ‘restu’ Departemen Penerangan)—walau slogan pembangunan, di manapun, selalu menyatakan mengabdikan diri pada kepentingan publik.
Kedua, ideologi jurnalisme pembangunan pada dasarnya adalah ideologi komunikasi pembangunan yang sudah bangkrut di tahun 80-an (dibangkrutkan oleh para penggagasnya sendiri seperti Everett M. Rogers), karena dianggap terlalu ideologis, utopis, dan totaliter.
Saya tertarik mengamati geliat citizen journalism di Indonesia lewat diskusi dengan teman-teman aktivis soal open source reporting yang tampaknya senada betul dengan tulisan-tulisan Pepih Nugraha di harian Kompas, yang mengangkat hal-ihwal participatory journalism.
Saya mengikuti Indonesiasatu.net yang memproklamirkan diri sebagai jurnalisme warga. Undangannya untuk menjenguk situs ini meyakinkan, tampilannya tergarap dengan baik (walau updatingnya lambat), ada profil warga teladan, tapi jujur saja saya kecewa karena tidak menemukan sesuatu yang berbeda dengan harian lain.
Ini seperti membaca berita lokal dari koran lokal yang bisa diakses lewat online media lokal, tanpa situs ini perlu memproklamirkan diri sebagai (sosok) pengusung jurnalisme warga.
Hyperlocalism yang saya bayangkan bukan seperti ini. Begitu banyak berita gado-gado tanpa struktur gagasan yang jelas, tanpa memperlihatkan pada pengunjung situsnya ini sebenarnya mau dibawa ke mana.
Ini murni open source reporting, tapi saya bertanya-tanya, apa ini wujud citizen journalism (alih-alih citizen reporting)?
Pesta Blogger Indonesia semakin menguatkan seruan citizen journalism. Menjamurnya blog di mana-mana memang fenomena luarbiasa - 13.000 blog didirikan setiap hari!.
Tapi, ketika mengunjungi beberapa blog yang katanya banyak di-hit, saya hanya mendapatkan curhat-curhat personal tanpa melihat apa pentingnya ini bagi publik? (Walau, jujur saja, saya menikmati curhat personal itu).
Atau, isu publik macam apa yang mestinya bisa dimaknai dari curhat personal tersebut? Saya beranggapan, blog memang membuka kemungkinan open source reporting, menjamurnya blog dan blogger adalah kondisi yang kondusif untuk memunculkan citizen journalism, tapi sekadar ngeblog saja tidak cukup untuk diberi predikat sudah ber-citizen journalism.
Citizen Journalism, dengan kata lain, is not that easy!
Dari beberapa fenomena tadi, saya belajar banyak hal. Salah satunya adalah soal isu. Saya belajar dari situ bahwa untuk masuk dalam dunia citizen journalism, tampaknya yang mesti dibawa bukan sekadar kemampuan standar pelaporan dan penyusunan berita ala 5W + 1 H.
Tapi juga persoalan bagaimana menjadikan isu ‘the public becomes personal, the personal becomes public’. Tanpa itu, saya pikir, publik cuma mendapatkan sederetan informasi tanpa makna.
Sebuah situs citizen journalism menjadi milik citizen, milik publik, kalau banyak pengunjungnya. Maka, pengelola citizen journalism harus mampu memelihara kandungan situsnya, dan mengundang partisipasi publik, untuk membuka diskusi dalam frame yang jelas (soal mutu, bolehlah diperdebatkan).
Tanpa semua ini, situs sebagus apapun, dan sebombastis apapun slogan jurnalismenya, hanya menjadi situs yang sunyi—diisi, ditonton, dikeploki oleh pengelolanya sendiri. Sayang, karena resources yang begitu potensial, jadi tersia-sia.
Bagaimanapun, saya gembira dengan fenomena baru dan tantangan serius yang dimunculkan oleh citizen journalism.
Saya kira efeknya akan baik buat keduanya, baik bagi publik maupun bagi media mainstream. Sebagaimana sistem pers kuat dibingkai dan dipengaruhi oleh local culture, saya juga percaya, wujud citizen journalism sendiri pada akhirnya akan bervariasi sesuai dengan local culture komunitas yang mengusungnya.
Prosesi Pelantikan Barack Obama
Washington, CyberNews. Prosesi pelantikan Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44 mengikuti tradisi pelantikan presiden AS sebelumnya. Obama disumpah di sayap barat Gedung Capitol, menghadap ke National Mall.
Pelantikan Presiden Obama ini menandai kali ke-56 seorang presiden diambil sumpahnya untuk masa jabatan selama empat tahun, sejak 1789 ketika George Washington dilantik untuk pertama kalinya.
Acara pelantikan ini - yang ditayangkan melalui televisi sejak 1949 - dihadiri oleh kerabat Obama, anggota kabinet yang terdahulu dan yang akan bertugas, anggota Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, dan tamu undangan lainnya. Sekitar dua juta orang memenuhi National Mall di Washington untuk melihat dan mendengarkan pidato pelantikan Obama pada tengah hari waktu setempat.
Saat diambil sumpahnya, Obama meletakkan tangannya di atas Injil yang pernah digunakan oleh Presiden Abraham Lincoln pada saat pelantikannya pada 1861. Tema pidato pelantikan Obama "A New Birth of Freedom" diangkat untuk memperingati 200 tahun kelahiran Presiden Abraham Lincoln.
"Tema ini berasal dari Pidato Gettysburg dan mencerminkan harapan Lincoln agar pengorbanan orang-orang yang membela bangsa harus menciptakan sebuah kebebasan yang baru bagi bangsa kita," demikian siaran pers Kedubes AS kepada SM CyberNews, Rabu (21/1)
Rangkaian acara pelantikan diawali di Philadelphia pada 17 Januari, di mana Obama mengendarai kereta api menuju Washington. Mengikuti jejak yang diambil oleh mantan Presiden Abraham Lincoln sebelum pelantikannya pada 1861, Obama dan Biden singgah di beberapa tempat dalam perjalanan sepanjang 219 kilometer untuk menyapa warga Amerika.
Kegiatan lain Obama selama pra-pelantikan adalah menghadiri misa gereja, menabur bunga di Pusara Tak Dikenal di Pemakaman Nasional Arlington, dan menonton konser bertabur bintang di tangga Gedung Lincoln Memorial pada 18 Januari.
Obama bersama dengan rakyat Amerika lainnya memperingati Hari Martin Luther King Jr pada 19 Januari dengan melakukan kegiatan pelayanan masyarakat. Obama mendorong rakyat Amerika memanfaatkan hari yang dimaksudkan untuk menghormati mendiang pemimpin hak-hak sipil, hari libur federal di mana sebagian besar sekolah dan bisnis tutup, untuk memberi pelayanan kepada masyarakat.
Seperti diketahui, pada 28 Agustus 1963, Martin Luther King, Jr. menyampaikan pidatonya berjuduil "I Have a Dream" di Lincoln Memorial, 45 tahun sebelum Obama menyampaikan pidato pelantikannya sebagai presiden Amerika pertama keturunan Afrika.
Pelantikan Presiden Obama ini menandai kali ke-56 seorang presiden diambil sumpahnya untuk masa jabatan selama empat tahun, sejak 1789 ketika George Washington dilantik untuk pertama kalinya.
Acara pelantikan ini - yang ditayangkan melalui televisi sejak 1949 - dihadiri oleh kerabat Obama, anggota kabinet yang terdahulu dan yang akan bertugas, anggota Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, dan tamu undangan lainnya. Sekitar dua juta orang memenuhi National Mall di Washington untuk melihat dan mendengarkan pidato pelantikan Obama pada tengah hari waktu setempat.
Saat diambil sumpahnya, Obama meletakkan tangannya di atas Injil yang pernah digunakan oleh Presiden Abraham Lincoln pada saat pelantikannya pada 1861. Tema pidato pelantikan Obama "A New Birth of Freedom" diangkat untuk memperingati 200 tahun kelahiran Presiden Abraham Lincoln.
"Tema ini berasal dari Pidato Gettysburg dan mencerminkan harapan Lincoln agar pengorbanan orang-orang yang membela bangsa harus menciptakan sebuah kebebasan yang baru bagi bangsa kita," demikian siaran pers Kedubes AS kepada SM CyberNews, Rabu (21/1)
Rangkaian acara pelantikan diawali di Philadelphia pada 17 Januari, di mana Obama mengendarai kereta api menuju Washington. Mengikuti jejak yang diambil oleh mantan Presiden Abraham Lincoln sebelum pelantikannya pada 1861, Obama dan Biden singgah di beberapa tempat dalam perjalanan sepanjang 219 kilometer untuk menyapa warga Amerika.
Kegiatan lain Obama selama pra-pelantikan adalah menghadiri misa gereja, menabur bunga di Pusara Tak Dikenal di Pemakaman Nasional Arlington, dan menonton konser bertabur bintang di tangga Gedung Lincoln Memorial pada 18 Januari.
Obama bersama dengan rakyat Amerika lainnya memperingati Hari Martin Luther King Jr pada 19 Januari dengan melakukan kegiatan pelayanan masyarakat. Obama mendorong rakyat Amerika memanfaatkan hari yang dimaksudkan untuk menghormati mendiang pemimpin hak-hak sipil, hari libur federal di mana sebagian besar sekolah dan bisnis tutup, untuk memberi pelayanan kepada masyarakat.
Seperti diketahui, pada 28 Agustus 1963, Martin Luther King, Jr. menyampaikan pidatonya berjuduil "I Have a Dream" di Lincoln Memorial, 45 tahun sebelum Obama menyampaikan pidato pelantikannya sebagai presiden Amerika pertama keturunan Afrika.
apa ea??binunt..
hmm.,
mau cerita apa ea??
oia!
tasik lage ujan teruss niiy!
dinginnn.,
becekk.,
jadi'a pengen bobo terus!
males"an ue..
pengen punya facebook!
ada yang bisa membantuku membuatnya????????
help me please,,
^_^
bingung ea klo kita harus di hadapkan pada 2 pilihan yang sulitt!?
kita milih yang ini.,
yang lain terluka.,
begitu sebaliknya..
so???
ato sekalian zza gkk usah 2'2 nya???
bener" binunt!!
mau cerita apa ea??
oia!
tasik lage ujan teruss niiy!
dinginnn.,
becekk.,
jadi'a pengen bobo terus!
males"an ue..
pengen punya facebook!
ada yang bisa membantuku membuatnya????????
help me please,,
^_^
bingung ea klo kita harus di hadapkan pada 2 pilihan yang sulitt!?
kita milih yang ini.,
yang lain terluka.,
begitu sebaliknya..
so???
ato sekalian zza gkk usah 2'2 nya???
bener" binunt!!
Rabu, 07 Januari 2009
fallin in Love
Kurasakan ku jatuh cinta
Sejak pertama berjumpa
Senyumanmu yang selalu
Menghiasi hariku
Kau ciptaan-Nya yang terindah
Yang menghanyutkan hatiku
Semua telah terjadi
Aku tak bisa berhenti memikirkanmu
Dan kuharapkan engkau tau
Kau yang ku inginkan
Meski tak ku ungkapkan
Kau yang ku bayangkan
Yang slalu ku impikan
Aku jatuh cinta
Tlah jatuh cinta
cinta kepadamu
ku jatuh cinta
I'm fallin in love
i'm fallin in love with you
Kau ciptaan-Nya yang terindah
Yang menghanyutkan hatiku
Semua telah terjadi
Aku tak bisa berhenti memikirkanmu
Dan kuharapkan engkau tau
Kau yang ku inginkan
Meski tak ku ungkapkan
Kau yang ku bayangkan
Ku impikan ...
(Ku Inginkan...)
Sejak pertama berjumpa
Senyumanmu yang selalu
Menghiasi hariku
Kau ciptaan-Nya yang terindah
Yang menghanyutkan hatiku
Semua telah terjadi
Aku tak bisa berhenti memikirkanmu
Dan kuharapkan engkau tau
Kau yang ku inginkan
Meski tak ku ungkapkan
Kau yang ku bayangkan
Yang slalu ku impikan
Aku jatuh cinta
Tlah jatuh cinta
cinta kepadamu
ku jatuh cinta
I'm fallin in love
i'm fallin in love with you
Kau ciptaan-Nya yang terindah
Yang menghanyutkan hatiku
Semua telah terjadi
Aku tak bisa berhenti memikirkanmu
Dan kuharapkan engkau tau
Kau yang ku inginkan
Meski tak ku ungkapkan
Kau yang ku bayangkan
Ku impikan ...
(Ku Inginkan...)
Terlanjur Cinta
Waktu bergulir lambat merantai langkah perjalanan kita
Berjuta cerita terukir dalam menjadi sebuah dilema
Mengertikah engkau perasaanku tak terhapuskan
Malam menangis tetes embum basahi mata hatiku
Mencoba bertahan diatas puing-puing
Cinta yang telah rapuh
Apa yang ku genggam tak untuk aku lepaskan
Aku terlanjur cinta kepadamu
Dan tlah kuberikan s'luruh hatiku
Tapi mengapa baru kini kau pertanyakan cintaku
Akupun tak mengerti yang terjadi
Apa salah dan kurangku padamu
Kini terlambat sudah untuk dipersalahkan
Karna sekali cinta aku tetep cinta..
Mencoba bertahan diatas puing-puing
Cinta yang telah rapuh
Apa yang ku genggam tak mudah untuk aku lepaskan
Aku terlanjur cinta kepadamu
Dan tlah kuberikan s'luruh hatiku
Tapi mengapa baru kini kau pertanyakan
Kau pertanyakan cintaku
Kini terlambat sudah untuk dipersalahkan
Karna sekali cinta..
Karna sekali cinta aku tetep cinta..
Berjuta cerita terukir dalam menjadi sebuah dilema
Mengertikah engkau perasaanku tak terhapuskan
Malam menangis tetes embum basahi mata hatiku
Mencoba bertahan diatas puing-puing
Cinta yang telah rapuh
Apa yang ku genggam tak untuk aku lepaskan
Aku terlanjur cinta kepadamu
Dan tlah kuberikan s'luruh hatiku
Tapi mengapa baru kini kau pertanyakan cintaku
Akupun tak mengerti yang terjadi
Apa salah dan kurangku padamu
Kini terlambat sudah untuk dipersalahkan
Karna sekali cinta aku tetep cinta..
Mencoba bertahan diatas puing-puing
Cinta yang telah rapuh
Apa yang ku genggam tak mudah untuk aku lepaskan
Aku terlanjur cinta kepadamu
Dan tlah kuberikan s'luruh hatiku
Tapi mengapa baru kini kau pertanyakan
Kau pertanyakan cintaku
Kini terlambat sudah untuk dipersalahkan
Karna sekali cinta..
Karna sekali cinta aku tetep cinta..
Sabtu, 03 Januari 2009
form Someone..
Otakku berhenti.,
bila ku ingat dirimu..
Jantungku membeku.,
bila ku dekat denganmu..
Saat pertama ku lihat wajahmu.,
saat kau sentuh jiwaku..
kau buat hati ini takk pernah mati..
temani dalam sepi...
Mungkin sampai nanti.,
truiz berlari..
mengejar untuk dapatkan cintamu..
hingga akhir batas waktu ku..
Hhee..^_^
gto cunnahh!
thank'z ea.,
klo emang beneran bwadh aku!
bila ku ingat dirimu..
Jantungku membeku.,
bila ku dekat denganmu..
Saat pertama ku lihat wajahmu.,
saat kau sentuh jiwaku..
kau buat hati ini takk pernah mati..
temani dalam sepi...
Mungkin sampai nanti.,
truiz berlari..
mengejar untuk dapatkan cintamu..
hingga akhir batas waktu ku..
Hhee..^_^
gto cunnahh!
thank'z ea.,
klo emang beneran bwadh aku!
Resolusi 2009
hmz..
Resolusi Carida Yusita di 2009 :
-Masuk IA 2
-Memperbaiki nilai"
-jangan ada remedi" lage
-jadi budak bageurr n lebih nghormati orangtua..
-jadi temen yang lebih baek,lebih pengertian, n sayang maa temen" semua'y
-mengurangi kata "MALEZ" di 2009
-...... ... All
(coba isi titik-titik'y!)
-pokoke be better than 2008 laaa!!!
Amien...
amin..
amin.
Resolusi Carida Yusita di 2009 :
-Masuk IA 2
-Memperbaiki nilai"
-jangan ada remedi" lage
-jadi budak bageurr n lebih nghormati orangtua..
-jadi temen yang lebih baek,lebih pengertian, n sayang maa temen" semua'y
-mengurangi kata "MALEZ" di 2009
-...... ... All
(coba isi titik-titik'y!)
-pokoke be better than 2008 laaa!!!
Amien...
amin..
amin.
Apa ea judul'y??
gini lho..
aku uda dapet laporan hasil belajarku.,
hmz..hmz..
hasilnya.,
"LUMAYAN"..
(dalam tanda kutip!)
Hhee.
rata"y 79..
(Aaakkhhrrrggg......Mallluuuuu!)
jelekk ea??
tapi dda isi otakku cuma segitu!!
semester depan InsyaAllah bakal lebiihh BAIK!
Amin..
aku uda dapet laporan hasil belajarku.,
hmz..hmz..
hasilnya.,
"LUMAYAN"..
(dalam tanda kutip!)
Hhee.
rata"y 79..
(Aaakkhhrrrggg......Mallluuuuu!)
jelekk ea??
tapi dda isi otakku cuma segitu!!
semester depan InsyaAllah bakal lebiihh BAIK!
Amin..
Melepasmu
Tak mungkin menyalahkan waktu
Tak mungkin menyalahkan keadaan
Lalu datang di saat ku membutuhkanmu
Dari masalah hidupku bersamanya…
Semakin ku menyayangimu
Semakn kuharus melepasmu dari hidupku
Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini
Kita tak mungkin trus bersama…
Suatu saat nanti kau ‘kan dapatkan
Seorang yang ‘kan dampingi hidupmu
Biarkan ini menjadi kenangan
Dua hati yang tak pernah menyatu…
Maafkan aku yang membiarkanmu
Masuk ke dalam hidupku ini
Maafkan aku yang harus melepasmu
Walau ku tak ingin…
Semakin terasa cintamu
Semakin ku harus melepasmu dari hidupku
Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini
Kita tak mungkin trus bersama…
I will let you go…
Tak mungkin menyalahkan keadaan
Lalu datang di saat ku membutuhkanmu
Dari masalah hidupku bersamanya…
Semakin ku menyayangimu
Semakn kuharus melepasmu dari hidupku
Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini
Kita tak mungkin trus bersama…
Suatu saat nanti kau ‘kan dapatkan
Seorang yang ‘kan dampingi hidupmu
Biarkan ini menjadi kenangan
Dua hati yang tak pernah menyatu…
Maafkan aku yang membiarkanmu
Masuk ke dalam hidupku ini
Maafkan aku yang harus melepasmu
Walau ku tak ingin…
Semakin terasa cintamu
Semakin ku harus melepasmu dari hidupku
Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini
Kita tak mungkin trus bersama…
I will let you go…
TerLalu!!
Hhuuhh!
sungguh terlalu!
masa mau bikin posting baru dari dasbor sendiri musti pake masukin password lage seeh???
BeTe!
sungguh terlalu!
masa mau bikin posting baru dari dasbor sendiri musti pake masukin password lage seeh???
BeTe!
PEREMPUAN PALING CANTIK दी NEGERIKU INDONESIA...
Merah darahku bulat tekadku
Setelah aku tatap wajahmu
Berkobar seluruh jiwa dan ragaku
Untuk perjuangkan cinta yang ku yakini
Putih tulangku semangat cintaku
Setelah aku raba tanganmu
Rasakan kulitmu yang selembut salju
Serentak bergelora darah mudaku
Kamu adalah perempuan paling cantik
Di negeriku indonesia kamulah yang nomor satu
Aku tak akan bisa sukai lagi perempuan yang lainnya
Revolusi cinta matiku
Telah bergema ke seluruh negeri
Ini adalah tonggak sejarah hidupku
Karena ku yakin kamu adalah takdirku
Dengan tegasnya ku nyatakan
Kamulah akhir perjuanganku
Kuburkan cinta cinta yang sudah sudah
Kemerdekaan aku kamu yang ku tunggu
Setelah aku tatap wajahmu
Berkobar seluruh jiwa dan ragaku
Untuk perjuangkan cinta yang ku yakini
Putih tulangku semangat cintaku
Setelah aku raba tanganmu
Rasakan kulitmu yang selembut salju
Serentak bergelora darah mudaku
Kamu adalah perempuan paling cantik
Di negeriku indonesia kamulah yang nomor satu
Aku tak akan bisa sukai lagi perempuan yang lainnya
Revolusi cinta matiku
Telah bergema ke seluruh negeri
Ini adalah tonggak sejarah hidupku
Karena ku yakin kamu adalah takdirku
Dengan tegasnya ku nyatakan
Kamulah akhir perjuanganku
Kuburkan cinta cinta yang sudah sudah
Kemerdekaan aku kamu yang ku tunggu
Malaikat Juga Tahu
Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Ku percaya diri
Cintaku yang sejati
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus ku temani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu aku kan jadi juaranya
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Ku percaya diri
Cintaku yang sejati
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus ku temani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu aku kan jadi juaranya
Rapuh..
Kau tak tahu betapa rapuhnya aku
Pakai lapisan tipis air yang beku
Sentuhan lembut kan hancurkan aku
Walaupun cinta tak sempurna
Menghampiriku seketika
Ku ingin kau tahu betapa rampuhnya aku
Kau tak tahu betapa rapuhnya aku
Masih terasa luka dimasa lalu
Ku pernah mencintai sepenuh hati
Namun cinta itu pergi lagi
Dan ku terluka luka membekas
Bekas membuat buat selamanya
Selamanya ku
Ku 'kan selalu
Ku 'kan selalu rapuh
Kau ingin tunjukan kepada dunia
Tak hanya ada karena masa lalu
Tapi masih ada harapan bagi yang baru
Kau tawarkanku sejuta harapan
Namun kenangan itu tak pernah hilang
Ku ingin kau tahu betapa rapuhnya aku
Kau datang bagai hujan
Basahi tanah hati
Tapi kau lihat sediri luka ini
Pakai lapisan tipis air yang beku
Sentuhan lembut kan hancurkan aku
Walaupun cinta tak sempurna
Menghampiriku seketika
Ku ingin kau tahu betapa rampuhnya aku
Kau tak tahu betapa rapuhnya aku
Masih terasa luka dimasa lalu
Ku pernah mencintai sepenuh hati
Namun cinta itu pergi lagi
Dan ku terluka luka membekas
Bekas membuat buat selamanya
Selamanya ku
Ku 'kan selalu
Ku 'kan selalu rapuh
Kau ingin tunjukan kepada dunia
Tak hanya ada karena masa lalu
Tapi masih ada harapan bagi yang baru
Kau tawarkanku sejuta harapan
Namun kenangan itu tak pernah hilang
Ku ingin kau tahu betapa rapuhnya aku
Kau datang bagai hujan
Basahi tanah hati
Tapi kau lihat sediri luka ini
Langganan:
Postingan (Atom)